Jangan Wariskan Pengalaman Palsu

Oleh: Jabbar

Jaringanberitaaceh.comMakin lama hidup makin banyak pengalaman. Ungkapan dari penulis ini sudah mencakup bahwa senioritas dan tingkatan usia–semua lini–jadi indikator dasar seseorang dapat dikatakan sarat akan pengalaman.

Pengalaman itu juga beragam. Ada yang pahit, ada juga yang manis atau indah. Namun, pahit manisnya suatu pengalaman itu lumrah, karena tergantung lingkungan hidup dan kearifan lokal, tempat bekerja, serta pergaulan yang dijalani.

Pengalaman tersebut juga dapat diwariskan kepada generasi muda untuk bahan ajaran atau referensi dalam menjalani hidup agar pengalaman pahit bisa dihindari dan pengalaman indah jadi motivasi.

Namun sayang, ada senior atau yang lebih tua mewariskan pengalaman palsu–tidak pernah terjadi atau bukan seperti yang terjadi. Bahkan, ada juga dari mereka menceritakan pengalaman orang lain, seolah itu pengalamannya.

Senior seperti ini biasanya akan menceritakan pengalamannya hanya pada orang tertentu. Sasaran empuknya adalah orang yang tidak tahu persis perjalanan hidupnya, junior atau “anak kemarin sore”.

Biasanya, dalam berkisah pengalamannya, senior cenderung menyelipkan kalimat, “masa saya dulu, anak sekarang mana tahu, beda kali dulu dengan sekarang”.

Kalimat-kalimat pamungkas tersebut menandakan begitu hebatnya masa senior dulu. Generasi sekarang tidak ada apa-apanya dan lemah. Bagi anak kemarin sore, senior seperti itu akan dianggap suhu atau sesepuh yang patut dijadikan panutan, secara dia sudah sarat akan pengalaman.

Namun, berbanding terbalik dengan junior yang tahu persis senior itu berproses. Pengalaman yang diceritakan hanya dianggap bualan atau omong kosong belaka. Tidak menutup kemungkinan juga akan langsung dipatahkan supaya tidak berkembang.

Apalagi kalau pengalaman palsu itu menyangkut sejarah. Sangat berbahaya dan masuk kategori pembohongan publik.

Oleh karena itu, jangan pernah wariskan pengalaman palsu atau fiksi, karena itu akan menyesatkan generasi. Ceritakan sesuai fakta, karena itu akan bermanfaat bagi kami yang muda ini sebagai patron duniawi dalam menjalani hidup.

 

Penulis adalah mahasiswa pascasarjana Prodi Ilmu Administrasi Universitas Iskandarmuda Banda Aceh.

BERITA MINGGUAN

TERBARU

BERITA TERHANGAT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT