ILO: Perbudakan Modern Meningkat Karena Kemiskinan Capai 50 Juta Orang

Jakarta – Laporan International Labour Organization (ILO) menyebut jumlah orang yang dipaksa masuk dalam perbudakan modern karena krisis ekonomi dan kemiskinan meningkat seperlima dalam beberapa tahun terakhir.

ILO mengungkap saat ini 50 juta orang terlibat perbudakan modern. Lebih dari separuh jumlah itu dipaksa bekerja di luar keinginan, dan sisanya dipaksa menikah.

“Mereka masuk perbudakan modern karena tidak bisa menolak atau tidak dapat pergi karena ada ancaman, kekerasan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau bentuk-bentuk paksaan lainnya,” tulis ILO dalam laporannya, Senin, 12 September 2022.

Situasi ini, sambung ILO, diperparah dengan krisis covid-19, konflik bersenjata, dan perubahan iklim yang membuat lebih banyak orang jatuh dalam kemiskinan ekstrem. Bahkan sebagian lain terpaksa bermigrasi.

“Saya pikir, pada umumnya, kami hanya mengendurkan upaya kami. Kami telah mengalihkan perhatian kami dari pekerjaan paksa,” imbuh Direktur Jenderal ILO Guy Ryder kepada Reuters.

Lebih lanjut ia mengatakan jumlah orang yang masuk dalam perbudakan modern meningkat berlipat-lipat dari awalnya 9,3 juta pada 2016 lalu.

ILO juga menemukan bahwa lebih dari setengah orang yang masuk kerja paksa terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas atau berpenghasilan tinggi.

“Dengan pekerja migran tiga kali lebih berpotensi masuk kerja paksa ketimbang mereka penduduk setempat,” lanjut laporan ILO.

Dalam kesempatan terpisah, sebelumnya ILO menyebut Qatar menghadapi tuduhan pelanggaran hak-hak buruh terkait pekerja migran. Namun, kondisinya membaik sejak ILO berkantor di Qatar pada April 2018 lalu.

Laporan ILO juga menunjukkan kekhawatiran tuduhan kerja paksa di beberapa bagian di China. Namun, bulan lalu, China membantah dengan keras tuduhan tersebut dan meratifikasi dua konvensi yang menentang kerja paksa.

TERBARU

BERITA TERHANGAT

BERITA MINGGUAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT