JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ketika ekonomi dunia berjuang untuk pulih dari pandemi Covid-19, ada ketegangan geopolitik yang terjadi di Rusia dan Eropa.
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, meningkatnya tensi geopolitik di kawasan Benua Biru memiliki dampak signifikan terhadap pemulihan ekonomi.
“Ini semakin memperburuk tekanan politik dan juga menciptakan hambatan serius bagi pemulihan ekonomi global,” ujarnya dalam konferensi “Integrity and Compliance Task Force B20: Fostering Agility to Combat Money Laundering and Economic Crimes”, Rabu, 28 Agustus 2022.
Konsekuensi dari situasi tersebut adalah krisis energi, krisis pangan, dan juga tekanan inflasi yang diikuti oleh tingkat suku bunga tinggi.
“Ini juga mengancam dan berpotensi menciptakan krisis keuangan meskipun ada guncangan global yang serius tahun ini,” kata Sri Mulyani.
Kendati demikian, Indonesia dinilainya memiliki kekuatan yang sangat kuat dalam momentum pemulihan ekonomi pada saat ini.
“Pada semester I tahun ini, pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,2 persen dari PDB, dengan inflasi masih berlanjut pada tingkat yang terkendali di 4,69 persen per Agustus 2022. Dibandingkan dengan tingkat PDB sebelum pandemi, posisi kita saat ini adalah 7,1 persen atau lebih tinggi, artinya pemulihan ekonomi sudah tercapai,” ujarnya.