Banda Aceh,JBA – Polemik kepemimpinan Bank Aceh kembali mencuat setelah adanya perbedaan pandangan terkait Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketua Barisan Muda Aceh (BMA), Rahmad Rinaldi, menegaskan bahwa tidak ada dualisme dalam kepemimpinan Bank Aceh. Menurutnya, RUPS yang sah adalah yang digelar pada 17 Maret 2025, bukan yang sebelumnya pada 14 Maret, yang dinilai cacat hukum dan telah dibatalkan.
Rahmad menekankan bahwa RUPS 17 Maret dihadiri langsung oleh seluruh pemegang saham, termasuk wali kota dan bupati, di Pendopo Gubernur Aceh. Dengan demikian, keputusan yang menetapkan Fadhil Ilyas sebagai pemimpin Bank Aceh memiliki kekuatan hukum yang sah dan mengikat sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.
“Keputusan ini sah di mata hukum. Semua pemegang saham hadir secara fisik dan menyaksikan langsung. Tidak ada dualisme kepemimpinan di Bank Aceh, yang ada hanyalah kepemimpinan Fadhil Ilyas yang ditunjuk langsung oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf,” ujar Rahmad Rinaldi, Rabu (19/03/2025).
Pernyataan ini sekaligus menanggapi kritik dari Ketua Forum Peduli Masyarakat dan Pemerintahan Aceh (FPMPA), yang sebelumnya menyebut keputusan tersebut berpotensi menciptakan dualisme kepemimpinan dan mengganggu stabilitas perbankan. Menurut Rahmad, kritik tersebut lebih bersifat politis dan tidak memahami dasar persoalan hukum terkait keputusan RUPS.
Rahmad mengajak semua pihak untuk mendukung kepemimpinan Bank Aceh yang sah dan tidak menggiring isu ini ke ranah politik. Ia menegaskan bahwa yang perlu dikedepankan adalah perbaikan dan penguatan Bank Aceh sebagai institusi keuangan daerah, bukan menciptakan gejolak yang berpotensi merugikan masyarakat.
“Semua pihak boleh bersuara, tetapi harus fokus pada substansi perbaikan. Keputusan ini sudah benar, tidak perlu dipolitisasi. Gubernur Aceh, sebagai pemegang kendali utama, wajib mengikuti keputusan yang telah disepakati bersama para pemegang saham Bank Aceh,” tambahnya.
Dengan penegasan ini, Rahmad berharap polemik terkait kepemimpinan Bank Aceh segera berakhir. Fokus utama saat ini, menurutnya, adalah memastikan stabilitas dan penguatan kinerja bank agar semakin berkontribusi bagi perekonomian Aceh.