Isi Khutbah, Tgk Tarmizi Daud: Penggunaan Rupiah Harus dalam Ketakwaan

Banda Aceh, JBA – Dr Tgk Tarmizi M Daud SAg MAg menyebutkan penggunaan mata uang rupiah harus mengedepankan prinsip ketakwaan. Artinya uang sebagai harta, mesti digunakan sesuai kebutuhan dan tuntutan dalam agama dan negara. Orang yang menyalahgunakan harta seperti mata uang rupiah, maka azab Allah akan menimpanya.

“Maka tidak boleh menggunakan uang untuk berjudi dan kezaliman lainnya,” jelas Tgk Tarmizi M Daud saat khutbah Jumat di Masjid Besar Pahlawan, Peuniti, Banda Aceh, Jumat, 5 April 2024.

Sebagai masyarakat, sebut Tgk Tarmizi M Daud, sangat penting memahami nilai rupiah dan mencintai rupiah, karena rupiah bagian dari harta yang harus dijaga sebagaiaman perintah dalam agama Islam. Allah melalui Rasul-Nya meminta manusia untuk berbagi harta, khususnya uang. Sebab prinsip Alquran menyeru manusia agar saling membantu dalam kebaikan.

Tgk Tarmizi M Daud mengatakan dalam konteks Indonesia, Bank Indonesia (BI) berfungsi menjaga sekaligus mengajak masyarakat untuk mencintai rupiah dengan alasan apa pun. BI menjaga stabilitas ekonomi supaya tidak terjadi krisis moneter. Dalam kacamata agama, bila terjadi krisis keuangan dalam suatu bangsa, maka akan terjadi kriminalisasi seperti merampok dan mencuri.

“Penting sekali saling tolong-menolong yang diwujudkan dengan membeli produk-produk setempat, yang dijual oleh tetangga, teman, dan saudara serta warga lain,” kata Tgk Tarmizi M Daud menyampaikan tema sesuai kerja sama Dewan Syariah Aceh (DSA) Kota Banda Aceh dengan Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Aceh.

Secara ekonomi, jelas Tgk Tarmizi M Daud, rupiah mempunyai fungsi yang esensial dalam hidup bernegara dan bermasyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah merupakan salah satu simbol kebanggaan bagi negara, bahwa setiap warga negara Indonesia menginginkan negara yang adil dan makmur, tujuannya mewujudkan masyarakat sejahtera. Penggunaan rupiah juga merupakan usaha pemerintah yang sah agar bisa memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, dengan meminimalkan risiko yang akan dihadapi dalam melakukan transaksi pembayaran, baik tunai maupun non tunai.

“Hal ini sesuai dengan kaidah fikhiyah bahwa kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung kepada kemaslahatan,” ujarnya sebagai tim sosialisasi Cinta Rupiah KPW BI Provinsi Aceh.

Tgk Tarmizi M Daud mengatakan di tengah gemerlapnya pasar konsumen modern, tantangan untuk tetap bijak dalam berbelanja menjadi semakin relevan. Seiring dengan kemudahan aksesibilitas produk dan layanan, muncul pula godaan supaya menghabiskan uang secara tidak terkendali.

“Menghadapi dinamika ini, penting bagi kita memperoleh pemahaman mendalam
tentang arti sebenarnya dari bijak berbelanja dan pentingnya menghindari pemborosan,” katanya.

Pada dasarnya, jelas Tgk Tarmizi M Daud, bijak berbelanja tidak hanya sekadar tentang memilih produk dengan harga terbaik atau mengejar diskon terbesar. Lebih dari itu, bijak berbelanja mencakup kesadaran akan kebutuhan sejati manusia, kemampuan membedakan antara
keinginan dan kebutuhan, serta kemampuan membuat keputusan yang bertanggungjawab secara finansial.

“Dalam upaya untuk mencapai kesadaran ini, kita juga perlu memahami peran emosi dan psikologi dalam proses pembelian. Terlalu sering, keputusan berbelanja dipengaruhi oleh emosional seperti keinginan untuk menyenangkan diri sendiri atau mengatasi stres, tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari pembelian tersebut,” sebut Tgk Tarmizi M Daud.

Namun demikian, katanya, bijak dalam berbelanja bukan berarti menghindari setiap pembelian atau hidup dalam keterbatasan. Sebaliknya, itu melibatkan adopsi pola pikir yang seimbang,
di mana manusia dapat menikmati kepuasan dari memenuhi kebutuhan dan keinginan tanpa mengorbankan stabilitas keuangan dan kesejahteraan jangka panjang.

Dalam konteks ini, menghindari pemborosan bukanlah sekadar masalah finansial, tetapi juga merupakan upaya untuk memperkuat nilai-nilai seperti disiplin, kesadaran diri, dan kepuasan yang lebih mendalam. Dengan demikian, pendekatan bijak dalam berbelanja
tidak hanya menciptakan manfaat individual, tetapi juga berpotensi untuk memberikan kontribusi positif pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan secara lebih luas.

Melalui penelusuran tema bijak dalam berbelanja dan upaya untuk menghindari
pemborosan, kita dapat menggali strategi dan prinsip-prinsip yang memungkinkan kita untuk meraih keseimbangan antara kepuasan konsumen dan tanggung jawab finansial. Harapannya, kita dapat membangun hubungan lebih sehat dengan uang dan konsumsi, serta menciptakan kehidupan berkelanjutan dan bermakna.

BERITA MINGGUAN

TERBARU

BERITA TERHANGAT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT