Suka Duka Menjalani Hari di Rumah Sakit Jiwa Aceh

BANDA ACEH — Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah, mengikuti kegiatan rutin zikir dan doa pagi di Rumah Sakit Jiwa Aceh, Senin (7/2/2022).

Dalam kesempatan itu, Sekda meminta petugas dan pasien untuk menceritakan suka dan duka menjalani hari-hari di rumah sakit tersebut kepada seluruh peserta zikir yang terhubung secara virtual.

Direktur Rumah Sakit Jiwa Aceh, dr. Makhrozal menjelaskan, rumah sakit yang dipimpinnya itu bertipe A dan menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan pasien dari kabupaten/kota.

“Kita memiliki layanan unggulan selain penanganan ODGJ satu-satunya di Aceh, juga unggulannya merupakan satu-satunya rumah sakit di Sumatera yang memiliki layanan rehabilitasi napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif). Dimana kita memiliki dokter spesialis bidang tersebut,” kata Makhrozal

Makhrozal menyebutkan, total pasien yang dirawat saat ini berjumlah 319 orang. Pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tersebut diantaranya disebabkan oleh konsumsi narkoba.

Sebagian pasien ODGJ yang dirawat di rumah sakit tersebut juga merupakan pasien gelandangan di jalanan. Ada juga pasien yang dipasung keluarga, lalu pihak rumah sakit menjemput dan membawanya untuk dirawat dan direhab.

“Pada tahun 2021 kami menjemput 29 orang pasien pasung dari berbagai kabupaten kota,” kata Makhrozal.

Kata Makhrozal, pihaknya sudah mengirim surat ke seluruh rumah sakit di daerah, jika ada pasien pasung agar dilaporkan pada pihaknya. Pihaknya siap untuk menjemput.

Kepada seluruh peserta zikir, ia mengatakan, Rumah Sakit Jiwa Aceh juga menerima pasien pasung yang diantar langsung ke tempatnya.

Satu hal yang membuat kesan bagi pihak rumah sakit dalam merawat pasien ODGJ. Ada pasien yang sudah membaik saat diantar pulang malah ditolak keluarganya.

Ia berharap kejadian demikian tidak terulang lagi ke depan. Pasien ODGJ akan tetap membaik jika diberi obat teratur, kata Makhrozal.

Salah satu kepala ruangan di Rumah Sakit Jiwa Aceh, Ramadansyah, mengaku telah mengabdi selama 16 tahun. Sebagai seorang perawat, ia juga merasa sedih saat pasien yang dirawatnya malah ditolak keluarga saat dibawa pulang. Menurutnya, banyak orang masih memberi stigma negatif terhadap pasien ODGJ.

“Kami sangat berharap bila pasien kambuh dibawa kembali pada kami, jangan tolak mereka,” kata Ramadansyah.

Fajar Wahyudi, salah satu sopir di rumah sakit tersebut, juga menyampaikan kesannya selama bertugas. Ia memiliki tugas untuk mengantar pulang dan menjemput pasien pasung dari daerah. Saat mengantar pulang, tidak sedikit keluarga dan masyarakat menolaknya.

“Pernah kejadian penolakan di Bener Meriah, sampai bupati yang harus turun langsung ke masyarakat untuk memediasi,” kata Fajar.

Selain itu, saat menjemput, kadang ada juga pasien yang melawan. Dirinya sangat kewalahan saat menghadapi pasien dengan kondisi tersebut. Ia berharap penolakan keluarga terhadap pasien ODGJ tak lagi terjadi.

Sekda Aceh, Taqwallah, menyampaikan apresiasi tinggi dan berterimakasih kepada seluruh petugas di rumah sakit jiwa Aceh. Ia mengatakan, seluruh pekerjaan yang mereka jalani akan menjadi amal jariah di akhirat kelak.

Kepada seluruh peserta zikir, utamanya kepala sekolah, Sekda meminta agar mereka mendeteksi sedini mungkin penggunaan narkoba di kalangan siswa. Hal tersebut perlu dicegah karena sangat berbahaya, selain merusak tubuh juga menimbulkan gangguan jiwa.

Usai acara berlangsung, Sekda menyempatkan diri menyapa satu-satu pasien ODGJ yang ikut serta berzikir dan berdoa di lorong jalan rumah sakit. Ia menanyakan, nama, asal mereka dan keseharian mereka di rumah sakit.

Kedatangan Sekda ke rumah sakit Jiwa Aceh didampingi oleh Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, Muhammad Iswanto.

BERITA MINGGUAN

TERBARU

BERITA TERHANGAT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT