Jantho, Jaringanberitaaceh.com – Pimpinan Dayah Istiqamatuddin Darul Mua’rrif, Abu Muhafazd MZ meresmikan Dayah Istiqamatuddin Syababul Mu’arif, di Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabipaten Aceh Besar, 9 Januari 2023.
Pimpinan Dayah Istiqamatuddin Syababul Mu’arrif, Tgk Ibnu ‘Aqil mengatakan dayah ini berawal dari balai pengajian (BP) sejak 2019. Sekarang statusnya jadi dayah, dengan jumlah santri 12 orang yang mondok, dibantu enam guru.
“Kita tidak terima yang tidak meudagang (mondok),” jelasnya.
Tgk Ibnu ‘Aqil berharap santri yang belajar di sini memiliki kualitas saat selesai masa belajar, walau jumlah santri minim.
“Dengan keterbatasan saya, jika santri ramai belum tentu mampu dibina seluruhnya agar berkualitas,” ujar Tgk Ibnu ‘Aqil.
Ia akan menjalankan dayah ini dengan sistem tradisional, agar santri fokus belajar kitab kuning. Namun kondisi ke depan nanti akan disesuaikan.
Penasihat Pusat dan Ketua Ikatan Rabithah Alumni Istiqamatuddin Darul Mu’arrif, Abu Muhafazh MZ mengatakan alumni Istiqamatuddin Darul Mu’arrif harus memiliki komitmen untuk mendirikan dayah. Silakan berjuang sesuai kemampuan hingga tiba saat yang tepat untuk peresmian dayah.
“Kalau sudah siap akan kita resmikan,” ujarnya.
Tgk Mufadhal MZ menyebutkan masalah dayah banyak menjadi kajian dan diskusi dalam seminar di tingkat provinsi, nasional, bahkan internasional.
Kehadiran Dayah Istiqamatuddin Syababul Mu’arrif sudah dipikirkan secara matang jauh-jauh hari, bukan hanya sekedar ide semata. Dayah ini sudah melewati berbagai rapat, sehingga hari ini tampak hasilnya.
Ia menegaskan alumni Dayah Istiqamatuddin Darul Mu’arrif ada sumpah jabatan. Sumpah ini penting, ketika dayah sudah berkembang dan maju, mereka ingat kembali masa awal dan mulai membangun.
“Ini tradisi sudah dilaksanakan pada alumni lain, bahkan sudah dilakukan oleh abu (red: Abu Maplam Golek) sejak dahulu saat meresmikan dayah,” jelasnya.
Ia meminta Tgk Ibnu ‘Aqil agar mengubah prilaku, layaknya seorang pimpinan dayah, tidak mesti seperti penampilan orang Arab, tapi layaknya pimpinan dayah yang lumrah ada di Aceh.
Menurutnya, 23 tahun meudagang (mengaji) tentu sudah sangat matang. Kalau 23 tahun meudagang, berarti mesti kembali ke habitatnya, yaitu mendirikan dayah. Sebab jika ingin menjadi pedagang, tidak mesti mondok 23 tahun.
“Alam kita adalah dayah. Maka belajar ilmu memimpin diri, rumah tangga, murid, baru memimpin masyarakat,” harap Tgk Mufadhal kepada Tgk Ibnu ‘Aqil.
Jika tidak punya ilmu memipin dayah, ujarnya, maka dayah akan sepi, murid tidak betah bahkam bisa jadi tidak minat mondok. Maka belajar cara megatasi masalah yang kerap dihadapi murid.
Tgk Mufadhal berharap masyarakat di Kecamatan Krueng Barona Jaya, khususnya Gampong Rumpet agar menitipkan anaknya untuk belajar di dayah ini.
“Jika tidak ada yang sehat, yang sakit juga bisa. Semoga di dayah ini banyak melahirkan ulama untuk kemajuan Aceh,” ungkapnya berharap partisipasi masyarakat untuk memondokkan anaknya.