BANDA ACEH – Pemerintah Aceh menggelar diskusi dengan rombongan Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIII Tahun 2022 Lemhanas Republik Indonesia, di Anjong Mon Mata, Meuligoe Gubernur Aceh, Senin, 4 Maret 2022.
Para peserta PPRA ini datang untuk melakukan Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN) yang diagendakan berlangsung selama empat hari di Aceh.
Pimpinan rombongan Lemhanas, Irjen Pol. Drs. Triyono Basuki Pujono M.Si., mengatakan, kunjungan tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi, data dan fakta yang akan dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi Lemhanas RI. Selain itu, pertemuan yang diisi dengan diskusi itu penting untuk memberikan wawasan kepada para peserta, tentang kondisi daerah dalam kaitan pembangunan nasional.
Pertemuan yang diikuti oleh 30 orang rombongan Lemhanas tersebut dipimpin langsung oleh Sekda Aceh, Taqwallah. Ikut dalam kegiatan itu, Plt Ketua DPRA Safaruddin, perwakilan pimpinan Forkopimda, para asisten Sekda Aceh, Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh dan pada Kepala Biro di lingkungan Setda Aceh.
“Sebuah kehormatan bagi kami menyambut kunjungan bapak ibu semua di Aceh,” kata Sekda seraya menambahkan, kebijakan pimpinan Lemhanas menjadikan Aceh sebagai salah satu wilayah studi, akan menambah marak wacana demokrasi di Aceh.
“Tentu upaya merawat perdamaian juga akan semakin kuat,” katanya lagi.
Selanjutnya Taqwallah memaparkan terkait potensi perkembangan dan pembangunan Aceh.
Disebutkan. Aceh adalah laboratorium penelitian dunia. Di mana mulai dari sejarah perkembangan Indonesia yang tidak lepas dari dukungan penuh rakyat Aceh.
“Aceh adalah potret daerah Indonesia yang nasionalis. Aceh satu-satunya wilayah yang tidak tidak diduduki penjajah dan memberikan support penuh bagi kemerdekaan Indonesia,” kata Taqwallah.
Selain itu, Aceh juga menjadi daerah yang diamuk konflik yang sangat lama. Hal itu pun menjadi salah satu bahan penelitian. Rakyat Aceh kini sangat bersemangat dalam merawat dan menjaga perdamaian.
“Kami optimis perkembangan ini akan terus meningkat. Kita sepakat yang mengganggu perdamaian akan menjadi musuh bersama masyarakat Aceh,” ujar Sekda.
Ladang penelitian selanjutnya adalah terkait bencana. Aceh pernah hancur lululuhlantak akibat Tsunami. Fakta ilmiah bahwa Aceh adalah daerah rawan bencana, di mana para peneliti yakin jika sekitar 400 tahun lalu daerah Aceh juga pernah dilanda bencana dahsyat tsunami.
Sekda berharap seluruh rombongan Lemhanas merasa nyaman dan merasa berbahagia selama di Aceh, sehingga bisa merumuskan lebih konkret terkait upaya pembangunan Aceh ke depan.