Jamalia, perempuan usia 50 tahun, yang kesehariannya menjalankan bisnis di Pasar Inpres, Kota Lhokseumawe.
Usai Subuh, Jamalia bersiap-siap menuju lokasi usaha, di pasar ikan, tempat ia mengembangkan bisnis bersihkan ikan.
Bermodalkan pisau dan kayu sebagai penyangga ikan, ia berderi di sudut pajak ikan. Menanti pembeli yang membutuhkan jasanya untuk membersihkan berbagai jenis ikan, dalam bahasa Aceh disebut “peusing eungkoet”.
Sehari, perempuan yang berdomisili di Mon Geudong ini bisa meraup keuntungan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Tarif jasa bersihkan ikan bervariasi, berkisar lima ribu rupiah per kilogram, terkadang sepuluh ribu per kilogram.
Selama setengah hari, Jamalia menerima order yang memadai dan mencukupi kebutuhannya. Rata-rata, ia dapat 10 kilogram, terkadang lebih dari itu.
“Biasanya hanya setengah hari, sebelum waktu Zuhur, sudah berhenti dan pulang,” ujar Jamalia saat diwawancarai media ini, Minggu pagi, 6 November 2022, di Lhokseumawe.
Harga ini tidak permanen, ia menyesuaikan dengan kemampuan konsumen, intinya bisa membantu orang lain, dan mendapatkan sedikit finansial atas jerih payahnya.
Jamalia terlihat sangat talenta membersihkan bagian-bagian ikan yang tidak dibutuhkan. Meskipun ikan ukuran besar, ia mahir memotong tulang, sirip, kepala, dan memotongnya dengan rapi, sehingga daging ikan tetap bagus dan mudah dimasak.
Jamalia mengaku punya tujuh anak, yang sebagiannya sudah mandiri. Sementara suaminya telah lama meninggal dunia.
Ia mengaku bahagia punya banyak anak, ini anugerah Allah. Tidak banyak harta bukan persoalan, ketika Allah menitipkan anak, pasti nanti ada kebaikan lain yang Allah berikan.