Semarang – Senjata api pistol yang digunakan untuk menembak istri Kopral Dua atau Kopda Muslimin, Rina Wulandari, warga Jalan Cemara Banyumanik Semarang, sangat mirip dengan senjata api resmi yang dimiliki TNI.
Dari hasil pemeriksaan, senpi yang dibawa tersangka Sugiono alias Babi tercetak nomor seri yang setelah dicek teregistrasi di inventaris TNI dengan posisi di dalam gudang divisi Peralatan. Tak hanya itu, senpi dengan bentuk jenis FN model P1 ini juga menggunakan amunisi asli dan resmi dari Pindad.
“Ini rakitan atau replika yang sangat mirip. Makanya kita periksa keseluruhan, ada nomor serinya juga dan kita cek ternyata mirip dengan senpi resmi TNI dan penggunaannya juga memakai amunisi Pindad,” ujar Komandan Kodim 0733 Semarang Letkol Infantri Honi Havana usai menerima penghargaan dari KSAD Jenderal Dudung Abdurahman di Mapolda Jawa Tengah, Semarang, Senin, 25 Juli 2022.
Senpi yang dipakai untuk menembak Rina Wulandari didapatkan tersangka Babi dengan membeli dari rekannya Dwi, warga Sragen dengan harga Rp3 juta. Dwi sendiri ikut diamankan petugas karena dianggap berperan menyediakan sarana kejahatan.
Dari hasil olah TKP, petugas mendapati dua selongsong peluru dan satu proyektil, sedangkan satu proyektil lain bersarang di tubuh korban. Temuan selongsong peluru dan proyektil ini pun membenarkan fakta dilakukannya dua kali tembakan dari tersangka Babi ke korban Rina Wulandari.
“Dengan olah TKP cocok. Ada dua selongsong peluru dan satu proyektil ditemukan di area jalan depan rumah korban dan garasi rumah korban. Proyektil lainnya ada di tubuh korban. Jadi memang terjadi dua tembakan ke korban seperti yang terlihat pada rekaman CCTV,” ujar Honi.
Kapolda Jawa Tengah Irjen Polisi Ahmad Luthfi menyebut dua tembakan ke korban dilakukan tersangka atas perintah suami korban. Kopda Muslimin saat itu melihat tembakan pertama tak membuat istrinya tersungkur sehingga meminta tersangka Babi lewat telpon untuk berbalik arah kembali menembak korban.
“Jadi usai tembakan pertama, pelaku akan kembali ke Posko yang jaraknya 200 meter dari rumah korban tapi diperintah oleh Kopda M untuk berbalik arah kembali menghampiri korban untuk menembak karena tembakan pertama istrinya masih dapat berjalan,” ungkap Luthfi.
Adegan penembakan disaksikan langsung oleh Kopda Muslimin yang saat itu berada di kamar lantai 2 rumahnya dengan melihat TV monitor CCTV.
“Semua itu disaksikan langsung oleh Kopda M lewat monitor CCTV di kamar atas, dimana handphone selalu online dengan pelaku agar mudah memberi perintah,” jelas Luthfi.