Banda Aceh – JBA – Dalam organisasi, biasanya yang mundur dari pencalonan adalah orang luar, yang tak sempat daftar atau yang merasa kalah di tengah jalan. Tapi kali ini berbeda. Tgk Hasanuddin, M.Ed, yang akrab disapa Tu Sudan, justru memilih mundur setelah resmi masuk bursa calon Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD). Ia mundur bukan karena kalah pamor dan kurang dukungan. Tapi ia lebih memilih mengarahkan dukungan penuh kepada Buya Mustafa Woyla, ketua umum petahana.
“Kalau AD/ART membolehkan, biar beliau saja pimpin ISAD. Sampai kiamat pun tidak apa-apa,” ujar Tu Sudan, Jumat, di Banda Aceh, 12 September 2025.
Menurutnya, kepemimpinan Buya Mustafa bersama Sekjen Dr Teuku Zulkhairi selama lima tahun terakhir sudah terbukti memberi banyak kemajuan.
“Ada yang bilang, baru kali ini ISAD betul-betul hidup,” katanya.
Program-program yang dinilai berhasil antara lain:
• Kerja sama dengan TASTAFI dalam penguatan kajian keislaman.
• Kajian Islam yang digelar di kampus, dayah, hingga hotel.
• Dakwah di media cetak dan online yang konsisten.
• Pelatihan membaca kitab kuning (turats).
• Penerbitan buku profil ulama Aceh bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
• Lomba Menulis Santri
• Kerjasama khusus dengan Bank Indonesia dan Bank Syariah Indonesia (BSI)
Selain itu, kata Tu Sudan, organisasi berbasis Dayah ini juga meluncurkan ISAD Awards, sebuah penghargaan bagi insan dayah yang selama ini hanya dikenal di meulasah-meulasah, bukan di panggung besar.
Tu Sudan menilai, melanjutkan kepemimpinan yang sudah terbukti lebih penting daripada sekadar mengganti figur.
“Kalau dalam politik, wajar setiap periode berganti. Tapi dalam organisasi alumni, belum tentu. Yang penting hasil,” jelasnya.
Pernyataan itu membuat banyak pihak terkejut, tapi sekaligus dianggap masuk akal. Mundurnya Tu Sudan, energi, jaringan, dan jamaah yang ia miliki kini diarahkan penuh ke satu nama, Buya Mustafa Woyla.
“Biarlah beliau yang teruskan. Sampai kapan pun,” tegas alumni Timur Tengah yang menekuni bisnis Nasi Briyani Kebuli ini.
Kalimat itu memang terdengar majaz, sampai kiamat. Tapi menyimpan pesan kuat bahwa tidak semua orang ingin berkuasa. Ada juga yang rela melepas, demi keberlanjutan.
Kepada kandidat lainnya, ujar Tu Sudan, terus siapkan diri untuk kompetitif dalam Musda, dengan tetap menjaga kekeluargaan dan nilai kedayahan.
“Saya apresiasi semua kandidat yang telah mendaftar. Ini menunjukkan besarnya kepedulian mereka terhadap ISAD dan bukti cinta mereka terhadap identitas kedayahan,” tutup Tu Sudah.