Oleh: Salsabila (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry)
Banjir sering terjadi di Aceh bukan karena tuhan tidak sayang lagi pada kita, tetapi ada hal yang terlupakan bahwa kitalah sebenarnya dalang penyebab banjir setiap tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh terdapat 1443 korban banjir di seluruh Aceh. Ini hanya beberapa karena masih banyak korban banjir yang tidak masuk dalam data. Tentu kita sebagai manusia perlu adanya intropeksi diri agar berprilaku berfaedah untuk alam sekitar, meskipun harus mulai dnegan hal-hal kecil.
Terkait peristiwa banjir, maka perlu ada upaya penanggulangan (mitigasi dan recovery) yang baik mulai dari penanganan daerah hulu, yaitu hutan di dataran tinggi hingga kondisi sungai dan riol-riol di hilir daerah pemukiman.
Penanganan penting lainnya yang perlu dievaluasi ialah terkait adanya kebijakan pemerintah yang kurang pro-lingkungan. Perlu juga dikaji sikap, tindakan, dan perilaku warga masyarakat terkait dengan alam dan lingkungannya.
Hal ini penting, karena merusak lingkungan esensinya akan merugikan diri sendiri.
Semua faktor di atas berkontribusi signifikan yang mengakibatkan terjadinya banjir di desa-desa. Bencana banjir dapat menimbulkan korban jiwa, ketidaknyamanan, dan juga kerugian harta benda.
Penyebab banjir ialah curah hujan yang tinggi, permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut, wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air, pendirian bangunan di sepanjang bantaran sungai, aliran sungai tidak lancar akibat terhambat sampah serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Meskipun berada di wilayah ‘bukan langganan banjir’. Setiap orang harus tetap waspada dengan kemungkinan bencana alam ini. Banyak dari masyarakat yang kena imbas banjir adalah pelaku usaha, bahkan beberapa juga barang usaha terkena banjir hingga merugikan pelaku usaha yang bahkan di situ mata pencaharian mereka.
Penulis sebagai mahasiswa menawarkan solusi andal dengan cara yang mudah dipraktikkan pada setiap desa. Hal kecil yang berdampak besar. Penulis yakin setiap desa pasti ada mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Para mahasiswa perlu berbaur dengan masayrakat untuk mengeduksikan bahwa sampah yang tiap hari dibuang sembarangan akan berdampak besar pada dunia. Dimulai dari membiasakan tidak membuang sampah di selokan, sungai, dengan dalih-dalih jauh dari tempat pembuangan sampah.
Penulis telah mendatangi beberapa kampung yang rawan terjadi banjir disebabkan selokan atau got yang mumpet. Saat turun ujan deras, sampah-sampah di selokan menghalangi aliran air dan meluap kedaratan hingga masuk ke permukiman waga.
Tentu hal ini dirasakan bagi semua orang, bukan hanya kepada yang suka buang sampah sembarangan, tetapi bagi yang sudah berusaha menjaga dunia dari hal-hal negatuf. Tempat pembuangan akhir (TPA) perlu diperbanyak atau memperbanyak truk-truk dan pangkalan pembuangan sampah.
Sampah bukan hanya dapat menyebabkan banjir, tetap dapat menjadi salah satu sarang penyakit berkembang. Maka di sini pemerintah memiliki peran besar untuk meninimalisir banjir di Aceh agar masalah banjir tiak terus berulang setiap tahun.




