Oleh: Hj Rosmiati SAg MSos; Ketua Ikatan Penyuluh Agama Relublik Indonesia (IPARI) Banda Aceh
Opini – Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober, di Indonesia. Momen itu amat bersejarah karena bertepatan dengan peristiwa besar G30S/PKI, pada 1965. Kala itu, sekelompok orang berusaha melakukan kudeta terhadap pemerintah sah. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia diangkat untuk mengingatkan pentingnya ideologi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Refleksi peringatan hari kesaktian pancasila adalah momen penting membangun karakter bangsa, meneguhkan nilai-nilai pancasila yang merupakan pedoman moral. Sejatinya ini diaplikasikan oleh setiap anak bangsa. Melalui peringatan tersebut, masyarakat diingatkan supaya selalu menjunjung tinggi nilai pancasila sebagai pedoman sehari-hari.
Kisah dan nilai pancasila seperti gotong royong, musyawarah, dan keadilan sosial terus diajarkan agar generasi mendatang memahami serta menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekaligus memperkuat komitmen terhadap NKRI dan menjaga kedaulatan negara.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung nilai-nilai yang dapat memperkuat jati diri dan integritas masyarakat. Setidaknya, ada enam pelajaran yang dapat dipetik dari rumusan dan filosif pancasila.
Pertama penguatan identitas nasional. Pancasila memberikan landasan kuat bagi identitas bangsa. Memahami dan mengamalkan nilai konstitusi itu dapat menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai warga negara Indonesia.
Kedua gotong royong. Salah satu sila dalam pancasila menekankan pentingnya gotong royong. Semangat kebersamaan ini harus diinternalisasi agar masyarakat saling mendukung dan bekerja sama menyelesaikan berbagai masalah sosial.
Ketiga keadilan sosial. Pancasila mengajak warga untuk memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Ini penting dalam membangun karakter empati dan kepedulian terhadap sesama, sekaligus mengurangi kesenjangan sosial.
Keempat, musyawarah dan mufakat. Nilai musyawarah dalam
Pancasila mendorong anak bangsa untuk menyelesaikan perbedaan dengan dialog dan kerja sama. Ini membantu menciptakan budaya damai serta toleransi dalam masyarakat.
Kelima, penghargaan terhadap perbedaan. Pancasila mengajarkan kita untuk menghargai keragaman budaya, suku, dan agama. Melalui sikap toleran, siapa pun dapat menciptakan kondisi masyarakat harmonis.
Keenam, disiplin dan tanggung jawab. Dalam mengamalkan pancasila, setiap individu diharapkan memiliki disiplin dan tanggung jawab terhadap tindakan dan pilihan mereka, baik dalam kehidupan pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Refleksi ini mengajak kita untuk tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga mengaktualisasikan nilai pancasila dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter bangsa yang kuat dan positif dapat terbangun. Jika terlaksana tentu menjadikan Indonesia sebagai negara adil, makmur, dan berdaya saing tinggi.
Sisi lain, karakter anak bangsa dapat dibentuk melalui norma pancasila. Misalnya Ketuhanan Yang Maha Esa. Di sini, saling menghargai perbedaan agama dan keyakinan sebagai landasan untuk menciptakan harmoni bermasyarakat.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Wejangan tersebut dapat memupuk rasa solidaritas sosial dan keperdulian yang tinggi terhadap sesama anak bangsa.
Persatuan Indonesia. Melalui tiitah persatuan, bisa mengedepankan semangat toleransi dan kebersamaan dalam keberagaman, demi memperkuat nasionalisme.
Kerakyatan yang dipimpin oeh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila ini mengajarkan pentingnya dialog dan musyawarah untuk mengambil keputusan atas dasar kepentingan bersama.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila tersebut menuntut adanya kesadaran untuk mendorong masyarakat dalam upaya mengurangi kesenjangan sosial.
Seyogyanya, internalisasi nilai-nilai pancasila harus terus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Dengan mengadopsi nilai pancasila, tentu dapat bersama-sama membangun karakter bangsa yang kuat, toleran, dan beradab. Hal ini penting untuk menghadapi tantangan global ke depan.