RFA dan SEA Kunjungi Rafki, Penyintas Tumor Mata di Pidie

Sigli, Jaringanberitaaceh.com – Sekumpulan anak muda dari komunitas Relawan Filantropi Aceh (RFA) dan Save Education Aceh (SEA) bersilaturahmi ke SD Negeri Keulibeut, di Gampong Keude Keulibeut, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, Selasa (9/11/2021).

Kunjungan bertujuan memantau kondisi Rafki Murjani (9), penyintas tumor mata yang merupakan siswa sekolah tersebut.

Rombongan yang terdiri dari Cut Aishah (Ketua SEA), Teuku Zopan Mustika (Ketua RFA), Murni Mustari (Bendahara RFA), dan anggota SEA lainnya disambut oleh kepala sekolah, dewan guru, Komite Sekolah.

Yusuf berharap Rafki mendapat perhatian serius di tingkat provinsi, dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh.

“Saya mengapresiasi kedatangan rekan-rekan relawan hari ini. Semoga Allah membalas kebaikan rekan-rekan. Yang bersangkutan ini (Rafki) kelelahan matanya kalau belajar di sekolah. Dia tidak bisa menatap buku dan papan tulis lama-lama. Saya berharap, ada perhatian lebih dari pihak provinsi, dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh,” ujarnya.

Rafki mengidap penyakit tumor mata sejak lahir. Saat ini Rafki tetap semangat belajar di sekolah, walaupun dengan kondisi bola mata kanan sudah tidak ada lagi dan diperban, karena tiga tahun lalu bola matanya sudah dioperasi dan diangkat.

Adapun bola mata kirinya makin membesar hampir keluar. Otaknya juga semakin membesar karena penumpukan cairan dari mata. Cairan juga terus keluar dari matanya, apalagi saat ia sedang fokus belajar.

Kalau belajar di sekolah, ia tidak sanggup lama-lama, tidak dapat dengan mudah dicerna apa yang diterangkan oleh guru. Tetapi kalau belajar mengaji di balai pengajian dekat rumahnya, ia merasa nyaman.

Ibunda Rafki, Nurlaili (43) mengatakan tiga tahun lalu Rafki dioperbasi di RSUDZA Banda Aceh untuk diangkat bola mata kanannya.

“Saat itu (tiga tahun lalu), mengingat Sabtu-Minggu ruang operasi tidak buka, maka kita bawa Rafki hari Senin. Senin itu pun tidak langsung operasi. Akhirnya dioperasi pada hari Rabu. Sebelum dioperasi, diperiksa dulu jantungnya, darahnya, dan lainnya,” kisah Nurlaili. (*)

spot_img
spot_img
spot_img

TERBARU

spot_img
spot_img

BERITA TERHANGAT

BERITA MINGGUAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT