Banda Aceh, JBA – Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) menjadi ruang bagi masyarakat untuk kembali mengenang kisah dan sejarah Aceh tempo dulu. Masing-masing daerah memiliki cerita tentang bagaimana kehidupan warganya mulai dari adat istiadat, kebudayaan, hingga benda yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya ragam koleksi benda peninggalan masyarakat terdahulu yang dipamerkan dalam Anjungan Aceh Timur, sebagai bagian edukasi bagi para pengunjung PKA di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh.
Barang-barang bersejarah di anjungan Aceh Timur itu seperti peninggalan sejarah masa kerajaan Peureulak, Jepang hingga masa penjajahan Belanda. mulai dari parang (golong) orang Aceh, Bedil VOC (senapan, pistol), keris peninggalan kerajaan, hingga pedang samurai Jepang.
Tak hanya itu, beberapa benda lainnya yang memiliki nilai sejarah khususnya digunakan masyarakat Aceh Timur zaman dulu juga turut disajikan. Berikut beberapa diantaranya:
Kande Tujoh Mata
Kande Tujoh Mata merupakan sebuah lampu gantung berantai dengan motif pucok reubong dengan tujuh sumbu lampu ganjil. Lampu Tujoh Mata ini biasa digunakan sebagai penerang dalam rumah yang digantung di atas atap. Benda ini sudah ada sejak abad ke-16 masehi.
Kom Emas
Kom Emas merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk menyimpan perhiasan. Benda ini dibuat dari bahan kuningan dengan motif ukiran Canek On Kaye dan Putik Delima di tangkai paling ujung pada bagian tutup, dan benda ini sudah ada sejak abad ke-19 masehi.
Cirik Meutangke
Cirik Meutangke adalah wadah yang digunakan untuk mengisi air minum seperti air putih, kopi, dan teh. Benda ini terbuat dari kuningan dengan motif seperti burung angsa. Pada abad ke-18 masehi, Ciri Meutangke kerap digunakan oleh kaum bangsawan dan Uleebalang.
Mundam
Mundam merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk mengisi air cuci kaki pengantin pada acara adat perkawinan ketika menginjak kain tutu di depan pelaminan. Mundam terbuat dari kuningan dengan bentuk bulat seperti buah labu, benda ini sudah ada sejak ke-17 masehi.
Plok Peng Logam
Plok Peng Logam digunakan oleh masyarakat Aceh Timur pada abad ke-19 masehi untuk menyimpan uang logam dalam pecahan Dirham, Keuh, Kupang, Ringgit dan lainnya. Plok Peng Logam ini terbuat dari kuningan dengan motif ornamen putik bungong jeumpa. Benda tersebut biasanya digunakan oleh kaum perempuan untuk menabung uang.
Lusong Kuningan
Lusong Kuningan merupakan benda yang digunakan untuk menumbuk rempah-rempah ramuan obat-obatan seperti lada, cengkeh, kunyit, kayu gaharu, dan lainnya. Benda ini sudah ada sejak abad ke-16 masehi.
Puan Ranub
Puan Ranub adalah benda yang digunakan masyarakat Aceh Timur pada abad ke-18 masehi untuk menaruh sirih dan perlengkapannya seperti kapur, pinang, dan cengkeh. Puan Ranup ini biasa juga digunakan untuk memuliakan undangan dan pada hari Raya Islam.
Kom Kue Meuseukat
Sebuah wadah digunakan untuk meletakkan Kue Meuseukat, yang dibawa pada acara adat tertentu dan hari-hari besar Islam. Benda ini terbuat dari kuningan dengan bentuk bulat berornamen ukiran daun kayu. Benda ini sudah ada sejak abad ke-19 masehi, dibawa oleh pedagang-pedagang dari India yang mengincar rempah-rempah Aceh sekaligus berdagang.
Cirik Panyang
Cirik Panyang adalah wadah yang digunakan untuk mengisi air minum. Benda ini terbuat dari kuningan dengan bentuk seperti leher unta dan sudah ada sejak abad ke-19 masehi. Pada masa itu, Cirik Panyang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab ke Sumatera, untuk berdagang dan mencari rempah-rempah.
Kala itu, banyak rakyat Aceh yang menukarkan rempah dengan barang-barang dagangan orang-orang Arab dan India.
Cerepa Bakong
Cerepa Bakong adalah benda yang digunakan oleh kaum laki-laki untuk meletakkan bakung rokok dan daunnya. Benda ini terbuat dari bahan kuningan dengan ukiran indah dan halus bermotif Canek On Kaye. Cerepa Bakong ini sudah ada sejak abad ke-18 masehi.