Refleksi 19 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh

Oleh: Dasril Amin

Mahasiswa Prodi D IV Pengolahan dan Penyimpanan Hasil Perikanan, Politeknik Kepulauan Simeulue

 

GEMPA Tektonik yang disusul dengan Tsunami terjadi pada hari Minggu, 26 Desember 2004 silam.

Sekitar pukul 07.50 WIB, kawasan Aceh bagian barat dan sekitarnya merasakan guncangan gempa sebesar 9,1 hingga 9,3 SR berpusat di 20-25 kilometer barat daya Sumatera.

Tidak berselang lama, warga di pesisir pantai melihat air laut menjadi surut dan garis pantai mundur hingga ratusan meter.

Tak sampai beberapa menit, tiba-tiba datang gelombang besar setinggi kurang lebih 30 meter yang menyapu pantai barat Sumatera dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Diperkirakan gelombang tsunami ini menyapu bersih daratan dengan kecepatan mencapai 800 km per jam ( setara kecepakatn pesawat terbang )

Hanya dalam waktu tujuh menit, kota-kota di pesisir barat Aceh sudah dipenuhi dengan puing-puing bangunan dan mayat dalam kondisi tragis.

Dilaporkan sekitar 132.000 jiwa meninggal dunia dan 37.000 orang dinyatakan hilang.

Lalu, pada 27 Desember 2004, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa tsunami Aceh merupakan bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.
Sementara itu, pada 31 Desember 2004, Indonesia dinyatakan sebagai negara yang terdampak tsunami paling parah.
Saking besarnya guncangan di Aceh, gempa juga menimbulkan tsunami di beberapa negara lainnya, seperti Sri Lanka, Thailand, dan India.

Tsunami Aceh merupakan salah satu bencana terbesar di Indonesia bahkan dunia. Tsunami Aceh terjadi pada 26 Desember 2004.
Gelombang tsunami menyapu pesisir Aceh pasca gempa dangkal berkekuatan M 9,3 yang terjadi di dasar Samudera Hindia. Gempa yang terjadi, bahkan disebut ahli sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah.
Kejadian itu terjadi pada hari Minggu, hari yang semestinya dapat digunakan oleh masyarakat untuk beristirahat, berkumpul bersama keluarga, dan menikmati libur akhir pekan bersama. Tetapi tidak dengan Minggu saat itu, masyarakat justru harus berhadapan dengan alam yang tengah menunjukkan kekuatannya, sungguh kuat

Gelombang besar nan kuat ini tidak hanya menghanyutkan warga, binatang ternak, menghancurkan pemukiman bahkan satu wilayah, namun juga berhasil menyeret sebuah kapal ke tengah daratan. Kapal itu ialah Kapal PLTD Apung yang terseret hingga 5 kilometer dari kawasan perairan ke tengah daratan.

berdasarkan informasi dari Koordinator Bidang Mitigasi dan Gempa bumi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono yang mengungkapkan bahwa tsunami Aceh pada 2004 dipicu oleh gempa tektonik.

Daryono juga turut menjelaskan bukti-bukti gempa tektonik yang berupa data rekaman getaran tanah dalam seismogram, yang menunjukkan adanya rekaman gelombang badan (body) berupa gelombang P (Pressure) yang tercatat tiba lebih awal dibandingkan gelombang S (Shear) yang datang berikutnya, lalu diikuti oleh gelombang permukaan (surface).

Munculnya fase gelombang ini menjadi bukti kuat bahwa gempa dan tsunami Aceh dipicu oleh aktivitas tektonik. Munculnya gelombang S (Shear) yang kuat pada seismogram menunjukkan bahwa deformasi yang terjadi di Samudra Hindia sebelah barat Aceh adalah proses pergeseran (shearing) yang terjadi secara tiba-tiba pada kerak bumi akibat terjadinya patahan lempeng.

Gempa tektonik yang memicu Tsunami Aceh 2004 ini diketahui tidak terjadi dengan tiba-tiba, melainkan melalui proses terjadinya gempa pembuka (foreshocks) yang sudah muncul sejak tahun 2002, saat terjadi Gempa Simeulue dengan magnitudo 7,0 pada 2 November 2002.

Sejak itu terjadilah serangkaian gempa kecil yang terus menerus terjadi yang merupakan gempa pendahuluan hingga akhirnya terjadi gempa puncak yang terjadi pada 26 Desember 2004, atau 19 tahun silam.

TERBARU

BERITA TERHANGAT

BERITA MINGGUAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT