Muda Hari Ini Pemimpin Masa Depan

 

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting demi kelangsungan hidup manusia. Semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Menyahuti amanat itu, Pemerintah Indonesia memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Ketentuan-ketentuan tersebut tersurat dalam UUD 1945 Pasal 31.

Siapa pun pemimpin Indonesia, tentu memiliki kebijakan masing-masing. Tujuannya hanya satu, menciptakan generasi terbaik untuk masa depan. Penulis ingin flasback sedikit saat masa-masa sekolah dahulu. Terlahir dari keluarga sederhana dan anak korban konflik, kadang perekonomian serba kekurangan, jangankan bercita-cita sekolah ke luar negeri, kadang kebutuhan pokok sekali-kali tidak terpenuhi.

Rasanya, tidak mungkin orang miskin dilarang sekolah. Bahkan, negara mengayomi warga supaya bisa menempuh pendidikan formal. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang akrab disapa SBY, justru lahir beberapa kebijakan yang memihak pada masyarakat kecil, seperti bantuan operasional sekolah (BOS), bantuan beasiswa untuk siswa miskin (BSM), Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dan lain-lain. Program itu, membuat dunia pendidikan yang saya jalani seperti lebih berwarna.

Artinya, sangat membantu meringankan beban biaya pendidikan. Fasilitas di sekolah semakin bertambah dan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan orang tua juga sedikit. Selain program di atas, pada tahun 2010 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program beasiswa Bidikmisi (Beasiswa Pendidikan bagi Siswa Miskin dan Berprestasi) yang digagas oleh Presiden Susilo Bambang Yuddhoyono dan Mendikbud Mohammad Nuh.

Program ini memberikan akses kuliah gratis bagi mahasiswa yang memenuhi persyaratan, sehingga banyak dari mahasiswa berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Beasiswa Bidikmisi diberikan kepada lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) atau lulusan Paket C tahun 2010. Tentu atas pertimbangan prestasi dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, tetapi memiliki kemampuan akademik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Bidikmisi membiayai seluruh biaya pendidikan siswa kurang mampu, untuk melanjutkan kuliah di berbagai perguruan tinggi. Setiap siswa mendapatkan bantuan hingga Rp 6.000.000,00 untuk setiap semester dengan rincian Rp 2.400.000,00 untuk biaya kuliah dan Rp 4.800.000,00 untuk biaya hidup. Awalnya program ini hanya berupa keputusan menteri lalu dinaikkan menjadi Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2011 hingga UU No 12 tentang Perguruan Tinggi.

Salah satu siswa yang mendapatkan beasiswa tersebut adalah Intan Maulidiana, gadis kelahiran Pidie itu diterima di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, sekarang berganti menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Melalui program Bidikmisi, ia menyelesaikan kuliah dengan gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Syariah dan Hukum.

Beasiswa Bidikmisi sungguh program yang sangat luar biasa. Pernah, Intan Maulidiana bercerita pada penulis, sebagai seorang penerima beasiswa, ia sangat beruntung, juga berterimakasih pada SBY, karena mencetuskan program Bidikmisi ini. Ia hanya anak seorang penjual mie di desa terpencil, di Kabupaten Pidie. Tanpa Bidikmisi, Intan Maulidiana rasanya mustahil bisa mengenyam pendidikan di universitas ternama di Aceh.

Sebenarnya, banyak kisah-kisah masyarakat yang memproleh bantuan pendidikan, tetapi penulis menyadari masih terbatas kemampuan dan pemahaman untuk merangkumnya. Cerita di atas, hanya sedikit gambaran bahwa pemerintah bisa turut andil meringankan beban tanggung jawab orang tua untuk menyekolahkan putra dan putri bangsa melalui beasiswa. Perlu diakui, hal itu tergantung pemerintah, mau memikirkan atau membiarkan.

Saat ini, generasi muda yang disekolahkan, kemudian hari akan menjadi pemimpin negeri. Penulis sebagai anak korban konflik juga pernah mendapatkan beberapa beasiswa, sehingga bisa meringankan biaya pendidikan. Sekarang penulis bisa mengabdi kepada negeri, dengan menjadi guru di sekolah SMA Negeri 4 Banda Aceh.

Guru bertugas mendidik generasi muda bangsa, berharap mereka menjadi pemimpin masa depan. Anak-anak dari berbagai latar belakang. Suatu hari nanti, mungkin bisa menjadi presiden. Sebagai guru, tentu tidak mengharapkan balasan, selain rasa bangga dan terharu.

Terakhir penulis secara pribadi sangat berterimakasih kepada Susilo Bambang Yudhoyono atas kinerjanya selama 10 tahun. Buah pikiran SBY, terutama mengurangi kemiskinan sungguh sangat nyata, Bidikmisi adalah buktinya. Dengan beasiswa ini, puluhan ribu siswa miskin di Indonesia memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi setiap tahunnya. Bidikmisi sungguh sangat membuka karpet merah bagi kami untuk terus berprestasi dan menimba ilmu.

Semoga kebaikan ini akan mendapat balasan dari Allah. Terakhir, salam maju Partai Demokrat.

 

Penulis: Ida Fitri Handayani

spot_img
spot_img
spot_img

TERBARU

spot_img
spot_img

BERITA TERHANGAT

BERITA MINGGUAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT