Subulussalam, jaringanberitaaceh.com– Ekspedisi Sungai Singkil–Soraya mencapai titik akhir dengan kunjungan ke Makam Syekh Hamzah Fansuri di Kampung Oboh, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam, Jumat, 14 November 2025. Situs bersejarah ini menjadi penutup perjalanan sekaligus momen refleksi atas jejak budaya dan peradaban di wilayah hulu Sungai Singkil.
Rombongan bergerak menggunakan dua kapal menyusuri aliran Sungai Singkil. Setibanya di Kampong Oboh, para peserta ekspedisi disambut meriah oleh masyarakat setempat melalui tarian dampeng, tradisi khas yang biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan. Usai prosesi penyambutan, rombongan melanjutkan perjalanan menuju makam Syekh Hamzah Fansuri, ulama sufi dan pujangga Melayu yang karya-karyanya diakui di tingkat internasional.
Kompleks Makam Syekh Hamzah Fansuri berada di kawasan permukiman bersejarah yang dipenuhi nisan-nisan kuno bercorak Aceh. Selain makam sang ulama, terdapat pula makam istri, anak, pengawal, serta mertuanya. Lokasi ini menjadi salah satu tujuan ziarah penting yang sering dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar negeri, termasuk dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

Syekh Hamzah Fansuri dikenal sebagai penyair sufi terkemuka yang hidup pada masa Sultan Iskandar Muda (1607–1636). Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Syair Perahu, yang hingga kini menjadi rujukan utama dalam kajian sastra Melayu dan tasawuf. Sejumlah karyanya juga telah ditetapkan sebagai Memory of the World UNESCO, mengukuhkan posisinya sebagai tokoh penting dalam sejarah intelektual Islam di Asia Tenggara.
Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Subulussalam, Haji Habibbuddin, menyampaikan bahwa pemikiran Hamzah Fansuri tetap menjadi bahan kajian hingga kini.
“Hamzah Fansuri bukan hanya penyair, tetapi ulama besar yang membuka jalan bagi perkembangan tasawuf di Nusantara. Pemikirannya tentang wujudiyah menjadi perdebatan panjang, namun di situlah letak kekuatan intelektualnya,” ujar Habibbuddin.
Ia menambahkan, “Makam beliau bukan sekadar situs sejarah, tetapi ruang belajar bagi siapa saja yang ingin memahami akar intelektual Melayu-Islam.”
Meski tahun kelahiran dan wafatnya masih menjadi perdebatan, pengaruh pemikiran Hamzah Fansuri sangat besar dalam sejarah peradaban Melayu. Ia dikenal sebagai tokoh sentral dalam pengembangan ajaran wahdatul wujud yang memicu diskursus luas di kalangan ulama dan cendekiawan. Hingga kini, para peneliti dari berbagai negara terus menelusuri warisan intelektual dan spiritual sang sufi.

Kunjungan ke makam Syekh Hamzah Fansuri menjadi penutup perjalanan Ekspedisi Sungai Singkil–Soraya, sebuah penelusuran yang tidak hanya geografis, tetapi juga menyelami jejak budaya, sejarah, dan pemikiran yang membentuk identitas masyarakat Aceh.
Pada malam harinya, rombongan dijadwalkan menghadiri jamuan bersama Wali Kota Subulussalam, H. Rasyid Bancin (HRB), di pendopo wali kota dengan suguhan kesenian tradisional. Usai rangkaian kegiatan tersebut, peserta ekspedisi dari berbagai daerah kembali ke daerah masing-masing.




