Jakarta – India menjadi salah satu negara yang ikut mengeluarkan bantuan bagi Sri Lanka. Bantuan berupa pinjaman akan diberikan sebesar USD 4 miliar atau setara Rp 59,3 triliun.
Bantuan demi menolong kondisi Sri Lanka bangkrut. Diplomat India mengadakan pembicaraan dengan presiden dan perdana menteri Sri Lanka, mengisyaratkan kesediaannya untuk mengelurkan bantuan pinjaman sebesar USD 4 miliar atau setara Rp 59,3 triliun.
Dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 24 Juni 2022. Menteri Luar Negeri India Vinay Kwatra, didampingi oleh pejabat kementerian keuangan India, dikabarkan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe di ibukota Kolombo – terkait bantuan ekonomi Sri Lanka yang bangkrut.
“India siap membantu Sri Lanka dalam pemulihan ekonomi yang cepat melalui promosi investasi, konektivitas dan penguatan hubungan ekonomi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi dalam unggahan di Twitter.
Tim delegasi India juga mengadakan pertemuan terpisah dengan PM Wickremesinghe, gubernur Bank Sentral dan pejabat kementerian keuangan Sri Lanka, menurut keterangan seorang pejabat dari kantor perdana menteri Sri Lanka.
“Delegasi juga akan mengadakan diskusi dengan pejabat senior tentang situasi ekonomi di negara itu dan persyaratan bantuan jangka pendek dan jangka panjang,” kata kementerian luar negeri Sri Lanka dalam sebuah pernyataan.
Diketahui bahwa Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam tujuh dekade, dengan kekurangan devisa yang parah menghambat impor kebutuhan pokok termasuk makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Negara itu membutuhkan dana sekitar USD 5 miliar dalam enam bulan ke depan untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi 22 juta penduduknya, yang telah berjuang dengan antrian panjang untuk bahan makanan hingga bensin, serta pemadaman listrik.
Konferensi bantuan lainnya juga direncanakan bersama China, India dan Jepang untuk membantu Sri Lanka yang bangkrut, kata PM Wickremesinghe.
Adapun pembicaraan lainnya dengan Dana Moneter Internasional untuk paket pinjaman sekitar USD 3 miliar atau Rp. 44,4 triliun.
Sri Lanka Bangkrut, PM : Ekonomi Kita Benar-benar Sudah Runtuh
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengungkapkan bahwa ekonomi negaranya telah bangkrut.
Sri Langka bangkrut ini terjadi setelah berbulan-bulan berjuang menghadapi kekurangan pasokan makanan, bahan bakar dan listrik.
Tak hanya kekurangan pasokan, PM Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada Parlemen bahwa Sri Lanka juga menghadapi situasi yang jauh lebih serius, serta memperingatkan “kemungkinan jatuh ke titik terendah.”
“Ekonomi kita benar-benar runtuh,” kata PM Ranil Wickremesinghe, dikutip dari Associated Press, Kamis, 23 Juni 2022.
Sri Lanka bangkrut dengah beban utang yang besar, kehilangan pendapatan pariwisata dan efek lain dari pandemi Covid-19, serta melonjaknya biaya komoditas.
Anjloknya ekonomi menyulitkan negara itu untuk mengimpor bensin, susu, gas untuk memasak hingga kertas toilet.
PM Wickremesinghe mengatakan Sri Lanka tidak dapat membeli bahan bakar impor karena hutang yang besar dari perusahaan minyaknya.
Perusahaan energi Sri Lanka, Ceylon Petroleum Corporation memiliki utang senilai USD 700 juta atau setara Rp. 10,3 triliun.
“Akibatnya, tidak ada negara atau organisasi di dunia yang mau menyediakan bahan bakar untuk kami. Mereka bahkan enggan menyediakan bahan bakar untuk uang tunai,” ungkap PM Wickremesinghe.
Masyarakat kelas menengah termasuk di antara masyarakat yang terdampak bangkrutnya Sri Lanka, yang diperkirakan mencapai 15 hingga 20 persen dari populasi perkotaan negara itu.
Adapun tingkat inflasi untuk makanan di Sri Lanka yang mencapai 57 persen.
Bantuan penanganan krisis di Sri Lanka telah datang dari India, melalui jalur kredit senilai USD 4 miliar atau setara Rp. 59,2 triliun.
Namun Wickremesinghe melihat bantuan dari India tidak akan membuat Sri Lanka bertahan dalam waktu yang lama.
Bank Dunia Ramal Ekonomi Sri Lanka Kontraksi 7,8 Persen Tahun Ini
Sri Lanka menjadi salah satu sederet negara yang diprediksi Bank Dunia akan melihat kontraksi tajam tahun ini.
Dilansir dari laman worldbank.org, Selasa, 21 Juni 2022, laporan terbaru Bank Dunia bertajuk Global Economic Prospects memproyeksikan ekonomi Sri Lanka akan mengalami kontraksi 7,8 persen.
Kontraksi pada ekonomi Sri Lanka juga diprediksi masih akan terjadi di 2023 mendatang, hingga -3,7 persen.
Laporan Global Economic Prospects memproyeksikan ekonomi global hanya akan tumbuh 2,9 persen tahun ini, lebih kecil dari 5,7 persen pada 2021.
Angka tersebut 1,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan pada Januari 2022.
Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan berada di sekitar level 3 persen pada tahun 2023 hingga 2024 mendatang.