Penyuluh Agama Bergerilya di Negeri Japakeh

Oleh: Tgk. Sabda, S.H.
Ketua PD IPARI Kabupaten Pidie Jaya

Saat itu, sore yang tenang di Pidie Jaya, terdengar lantunan ayat suci Al-Qur’an dari sebuah balai pengajian Ibtidaul Ilmiah, di Gampong Cot Lheue Rheng. Anak-anak duduk bersila, wajah mereka khusyuk menatap mushaf kecil di tangan. Di tengah-tengah mereka, seorang teungku membimbing dengan lembut, melafalkan tajwid dengan penuh sabar. Di sudut ruangan, seorang Penyuluh Agama Islam, Tgk Sabda tampak memperhatikan jalannya kegiatan. Ia mencatat, menilai, dan sesekali tersenyum saat melihat kemajuan para santri kecil itu. Itulah salah satu potret nyata dari kiprah Penyuluh Agama Islam Kabupaten Pidie Jaya, yang tidak hanya bertugas di wilayahnya, tetapi juga berperan aktif membina dan memantau balai pengajian di tanah Japakeh ini.

Bagi penyuluh, kegiatan seperti ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian dari panggilan pengabdian. Di balik setiap langkah mereka, ada semangat untuk menjaga cahaya ilmu agama agar terus menyala di tengah masyarakat Aceh yang religius.

Kabupaten Pidie Jaya memiliki sejarah budaya yang kuat. Tetap bersinergi dalam bidang keagamaan. Penyuluh agama Islam Pidie Jaya sering kali diberi amanah membantu pembinaan dan monitoring balai pengajian di wilayah Pidie Jaya, terutama di daerah yang membutuhkan pendampingan lebih intensif.

Tugas ini lahir dari kesadaran bersama, bahwa pendidikan agama di tingkat akar rumput merupakan pondasi utama dalam membangun masyarakat yang berakhlak dan berilmu. Balai pengajian tidak hanya menjadi tempat belajar membaca Al-Qur’an, namun menjadi pusat pembentukan karakter dan spiritualitas generasi muda.

“Balai pengajian adalah benteng akhlak di gampong,” ujar salah satu Imum Gampong, Tgk. M. Nur Yasin.

“Kalau kita abaikan, maka generasi muda akan kehilangan arah. Karena itu, kami datang bukan sekadar memantau, tapi juga menyemangati dan memberi solusi atas berbagai kendala yang mereka hadapi.”

Memantau dan memberi penyuluhan pada balai pengajian bukan tugas ringan. Penyuluh agama harus memiliki pengetahuan luas, keterampilan komunikasi yang baik, serta keikhlasan tinggi. Mereka berperan sebagai motivator, konsultan, dan kadang juga mediator antara masyarakat dengan pemerintah.

Penyuluh tidak hanya memeriksa administrasi atau program pengajaran. Mereka memastikan para pengajar memiliki kompetensi yang memadai, metode pembelajaran berjalan efektif, serta para santri mendapatkan lingkungan belajar nyaman dan aman.

Selain itu, penyuluh juga memberi pelatihan kepada para ustaz dan ustazah tentang metode dakwah kreatif, manajemen lembaga pengajian, hingga strategi menghadapi tantangan zaman seperti pengaruh media digital terhadap generasi muda. Balai pengajian tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga pusat pembentukan generasi yang siap menghadapi modernitas dengan nilai-nilai Islam.

Salah satu kekuatan penyuluh agama Islam di Pidie Jaya adalah kemampuannya membangun hubungan emosional dengan masyarakat. Mereka hadir di tengah warga, berbicara dengan bahasa lokal, memahami tradisi, dan menanamkan nilai keagamaan tanpa menggurui. Hal ini membuat masyarakat Pidie Jaya menerima dengan tangan terbuka kehadiran penyuluh dari kabupaten tetangga.

Terkait penyuluhan, topik yang dibahas sangat beragam, mulai dari pentingnya pendidikan anak, bahaya penyalahgunaan teknologi, pernikahan dini, hingga isu radikalisme dan toleransi antarumat beragama. Semua disampaikan dengan pendekatan kultural yang lembut namun menyentuh.

“Penyuluh itu harus seperti air. Air bisa menyesuaikan wadahnya, tapi tetap memberi kehidupan. Begitu juga kita, harus bisa menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, tapi tetap membawa nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” kata penyuluh muda, Sabda.

Tantangan besar yang dihadapi penyuluh masa kini adalah perubahan sosial akibat teknologi digital. Anak-anak muda lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial daripada di balai pengajian. Melihat kenyataan ini, penyuluh di Pidie dan Pidie Jaya tidak tinggal diam. Mereka berinovasi dengan memanfaatkan platform digital untuk berdakwah dan menyebarkan konten keislaman yang edukatif.

Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh Balai Diklat Keagamaan Aceh, penyuluh dilatih membuat konten dakwah digital, menulis artikel keagamaan, hingga memproduksi video singkat berisi pesan moral dan keagamaan. Dengan cara ini, dakwah tidak lagi terbatas di mimbar dan balai pengajian, tetapi juga menjangkau dunia maya yang menjadi ruang kehidupan generasi muda.

Balai pengajian di Pidie Jaya kini berkembang menjadi ruang pembelajaran multidimensi. Selain mengajarkan baca tulis Al-Qur’an, beberapa balai sudah mulai membuka kelas tambahan seperti pelatihan keterampilan dasar, literasi digital, hingga kajian tematik remaja. Semua itu tidak lepas dari pendampingan dan arahan para penyuluh agama.

Dengan pendekatan kolaboratif, penyuluh berperan menghubungkan balai pengajian dengan lembaga lain seperti Kantor Urusan Agama (KUA), Dinas Syariat Islam, dan lembaga sosial masyarakat. Tujuannya menciptakan ekosistem dakwah yang kuat dan berkesinambungan.

“Kalau balai pengajian kuat, maka masyarakat juga kuat. Karena dari sinilah lahir generasi yang bukan hanya bisa membaca Al-Qur’an, tapi juga mampu mengamalkan dan menebarkan nilai-nilainya,” ujar Sabda.

Setiap langkah yang diambil penyuluh agama bukan tanpa pengorbanan. Mereka sering menempuh jarak jauh, melewati jalan berbatu, bahkan terkadang dengan fasilitas yang terbatas. Namun, keikhlasan menjadi bahan bakar utama mereka. Bagi mereka, melihat anak-anak tersenyum saat mampu membaca ayat Al-Qur’an dengan benar adalah kebahagiaan yang tak ternilai.

Peran penyuluh tidak hanya diukur dari laporan kerja, tetapi dari dampak nyata yang dirasakan masyarakat. Meningkatnya semangat belajar agama, tumbuhnya kesadaran moral, dan berkurangnya konflik sosial adalah bukti bahwa peran mereka sangat vital dalam pembangunan mental spiritual bangsa.

Penyuluh agama Islam Kabupaten Pidie yang turut berperan dalam membina balai pengajian di Pidie Jaya telah menunjukkan dakwah sejati bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang keteladanan, dedikasi, dan kerja sama. Mereka adalah penjaga lentera ilmu, yang terus menyalakan cahaya di tengah zaman yang penuh tantangan.

Selama masih ada penyuluh yang ikhlas berjalan di gampong terpencil, selama masih ada anak-anak yang belajar mengeja huruf-huruf suci Al-Qur’an, maka cahaya itu tidak akan pernah padam. Dari Gampong untuk Pidie Jaya, dari Aceh untuk Indonesia. Pendidikan agama akan terus hidup, menginspirasi, dan menuntun generasi menuju cahaya peradaban.

BERITA MINGGUAN

TERBARU

BERITA TERHANGAT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT