Jantho, JBA – Debat publik pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Besar berlangsung panas di The Pade Hotel pada Minggu (10/11)
Tema “Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Aceh Besar Melalui Pembangunan Sumber Daya Manusia Unggul Serta Sumber Daya Alam yang Lestari dan Bermanfaat.”
Ketua KIP Aceh Besar, T. Khairun Salim, dalam sambutannya menegaskan bahwa debat ini adalah ajang bagi para kandidat untuk menyampaikan visi, misi, dan program secara mendalam, bukan kampanye.
Debat ini dipandu oleh dua moderator berpengalaman, Dosi Alfian dan Irna Maulisa, yang mengawal jalannya diskusi dengan sikap tegas dan netral.
Saling Sindir Isu Syariat Islam dan Kritik Klaim Sukses Pemerintahan. Sorotan pertama muncul saat pasangan calon (paslon) nomor 03 terlihat tidak berdampingan saat naik ke panggung utama, tertinggal beberapa detik. Sementara itu, penampilan paslon nomor 02 tanpa mengenakan peci juga menarik perhatian, dan wakilnya berbahasa daerah, menimbulkan kesan berbeda di antara kandidat lainnya.
Paslon 04, MBS, tampil artikulatif, artinya, menyampaikan sesuatu dengan jelas, tepat, dan efektif menjelaskan ide, gagasan, sehingga mudah dipahami. Juga runtut, dan terstruktur dalam berbicara, sehingga dapat menyampaikan visi misi dengan tanpa melihat konsep di tangan.
Dalam kesempatan itu, disalah satu sesi, menyampaikan kritik langsung kepada pemerintahan sebelumnya yang dianggap belum sepenuhnya berhasil membawa manfaat nyata bagi masyarakat Aceh Besar.
Di sisi lain, dua paslon saling menyorot terkait penerapan syariat Islam yang dinilai hanya menjadi slogan kampanye tanpa implementasi nyata dalam pemerintahan. Salah satu paslon bahkan menantang klaim bahwa program keagamaan terdahulu sudah berjalan optimal.
Terkait penerapan syariat, isu pelaksanaan “beut bakda Magrib” turut mencuat. Salah satu kandidat menyebutkan bahwa tradisi ini adalah bagian dari warisan abad ke-15 Masehi, yang dilanjutkan oleh Kementerian Agama. Namun, klaim tersebut dibantah oleh kandidat lainnya yang menegaskan bahwa program tersebut adalah inisiatif unggulan yang sudah berhasil diterapkan.
Adu klaim terkait syariat ini menarik perhatian hadirin dan menciptakan suasana debat yang semakin tegang.
Ekonomi Kreatif Jadi Point Pertanyaan Panelis, ada wakil menanggapi dengan program “anak muda bisa bekerja sebagai penjual kelapa muda atau tukang parkir.
Topik ekonomi kreatif ini terlihat ‘nyentrik’ sehingga terlihat dijadikan konten atau status medsos usai debat.
Menjelang akhir debat, paslon 04 menampilkan pendekatan berbeda dari kandidat lainnya dengan tidak secara eksplisit mengajak masyarakat memilih nomor urut mereka. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk menentukan pilihan terbaik di antara empat kandidat yang ada.
Sikap ini dianggap sebagai bentuk kepercayaan diri terhadap kualitas program yang ditawarkan. Sementara itu, paslon lainnya lebih menekankan pentingnya memilih angka urut sebagai bagian dari pesan kampanye.