Meulaboh,JBA – Musrijal Lamkaruna, mahasiswa asal Aceh Jaya yang saat ini menempuh pendidikan di Universitas Teuku Umar, Meulaboh, menyampaikan kekecewaannya secara terbuka terhadap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Jaya.
Ia menilai, organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Aceh Jaya (IPELMAJA) tidak mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah, meskipun selama ini menjadi wadah resmi pembinaan mahasiswa di perantauan.
“Sikap Pemkab Aceh Jaya terhadap kami sangat mengecewakan. Kami merasa seperti tidak dianggap. Padahal IPELMAJA adalah organisasi legal yang bertujuan membina mahasiswa dan menjaga identitas daerah,” kata Musrijal dalam keterangannya rilis presnya kepada media ini, Kamis (22/5/2025).
Menurutnya, IPELMAJA selama ini bergerak secara mandiri untuk menjalankan berbagai kegiatan kemahasiswaan tanpa adanya dukungan memadai dari pemerintah daerah. Baik dalam bentuk pendanaan, pembinaan, maupun komunikasi formal, perhatian dari Pemkab dinilai sangat minim.
“Sekretariat kami terbengkalai, kegiatan kami sering tertunda karena keterbatasan fasilitas, dan yang paling menyakitkan adalah sikap acuh dari pejabat daerah. Bahkan saat kami mencoba membangun komunikasi, seringkali tidak ditanggapi,” lanjutnya.
Musrijal menyebutkan bahwa IPELMAJA bukan organisasi yang hanya datang meminta bantuan, tetapi memiliki kontribusi nyata dalam menjaga silaturahmi, membina karakter, dan menjaga nama baik Aceh Jaya di luar daerah. Sayangnya, hal itu tidak dihargai dengan layak oleh pemerintah daerah.
“Bagaimana mungkin generasi muda bisa tumbuh loyal terhadap daerah, kalau pemerintah sendiri tidak pernah hadir atau peduli? Jangan salahkan kami jika ke depan tidak lagi percaya pada janji dan simbolisme semata,” tegas Musrijal.
Ia mendesak Pemkab Aceh Jaya untuk mengevaluasi total pendekatan terhadap mahasiswa perantauan, termasuk membentuk sistem pembinaan rutin, mempercepat proses legalitas organisasi seperti SK kepengurusan, serta menjalin komunikasi yang terbuka dan responsif.
“Sudah saatnya pemerintah berhenti memandang kami sebagai beban, dan mulai melihat kami sebagai aset. Karena jika tidak, maka Aceh Jaya akan kehilangan generasi yang siap kembali dan membangun,” tutupnya.