Lhoksukon, JBA – Kajian Millenial yang diadakan Pengurus Cabang Rabithah Thaliban Aceh (PC RTA) Kabupaten Aceh Utara yang kembali digelar di kafe Geureudong Kupi, Simpang Rangkaya, Kec. Tanah Luas Kab. Aceh Utara pada Sabtu malam (07/10/2023), mengangkat tema “Pola Asuh Anak Ala Rasulullah”.
Kajian yang diikuti oleh ratusan peserta itu, di pandu oleh moderator ternama Ir. Muhammad Hatta, S.ST., MT yang akrab disapa Bung Hatta sosok tokoh multi talenta dengan Tgk. Akbar Miswari peraih Juara 2 Kanit pada ajang Jambore Nasional Dai Desa Madani Parmusi tahun 2023.
Kajian itu, menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya Wakil Ketua MPU Aceh Dr. Muhammad Hatta, Lc., M.Ed, dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara yang diwakili oleh Pengawas Sekolah Muhammad Tahir, S.Pd.
Turut hadir tamu spesial Pj. Bupati Aceh Utara Dr. Drs. Mahyuzar, M.Si serta tamu undangan diantaranya mewakili Dandim 0103 Aceh Utara, mewakili Kankemenag Aceh Utara, Ketua Huda Aceh Utara, Ketua PC NU Aceh Utara.
Selain itu, hadir Ketua PC Pergunu Aceh Utara, Ketua MPC Pemuda Pancasila Aceh Utara, KNPI Aceh Utara, Muspika Kec. Tanah Luas, para tokoh agama, tokoh masyarakat, serta para pimpinan ormas, dan tamu undangan lainnya.
Pj Bupati Aceh Utara Mahyuzar, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi setinggi tingginya kepada PC RTA Aceh Utara, yang melaksanakan kegiatan keagamaan yang sangat bermanfaat seperti ini.
“Kami sangat mendukung kajian di warung kopi atau kafe seperti ini, yang bisa merangkul para pemuda atau kaum millenial hadir mengikuti pengajian. Apa lagi sesuai perkembangan zaman. RTA Aceh Utara mampu menghadirkan pengajian sesuai dengan fashion anak muda, apa lagi di era 4.0 dan 5.0 saat ini,” ucapnya.
Sebelumnya, Rais ‘Am RTA Aceh Utara Tgk. Hafiz Al Mansuri, S.Ag, dalam sambutan juga menyampaikan bahwa RTA Aceh Utara diisi ole barisan para pemuda tangguh yang merupakan generasi milenial terbaik di Bumi Malikussaleh Samudera Pase.
Tujuan kajian RTA Aceh Utara ini lanjut Dosen Ma’had Aly Babussalam Al Hanafiyah Matangkuli itu, adalah untuk menarik generasi milenial dalam menyampaikan ilmu kepada masyarakat dan mengubah stigma warkop menjadi tempat yang bisa membagi ilmu.
“Tema kajian kali ini merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat karena maju atau binasa suatu bangsa ditentukan oleh generasi dengan akhlak mulia,” ucapnya.
Dalam paparan materi, Wakil Ketua MPU Aceh yang akrab disapa Abiya Hatta, menyebutkan bahwa anak adalah generasi bagi peradaban suatu daerah tersebut. Menurutnya, anak merupakan sesuatu yang paling berharga yang dimiliki oleh orang tua.
“Calon ayah yang shalih dan calon ibu yang shalihah akan melahirkan generasi terbaik yang shalih,” paparnya.
Lebih lanjut, Abiya Hatta menyampaikan bahwa proses pernikahan merupakan salah satu aspek dalam melahirkan generasi terbaik.
Islam menganjurkan orang tua bukan hanya sebagai orang tua, tetapi juga menjadi pengajar pendidikan dasar agama bagi anak.
“Imam Ghazali memberikan pengertian Tarbiyah orang tua seperti petani yang mencabut duri dan memindahkan tumbuhan yang asing dari tanamannya agar dapat tumbuh dengan baik dan sempurna,” lanjutnya.
Abiya Hatta juga mngatakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh orang tua agar menjadi orang tua yang sukses, diantaranya bijaksana, tidak kasar, lembut hati, penyayang, menghindari emosi dan marah.
“Setiap pohon ada buahnya, kalau buah hati adalah anak, sesungguhnya Allah tidak akan menyayangi seseorang yang tidak menyayangi anaknya. Anak kecil sangat mudah dalam mencontoh kehidupan orang tua maka jadilah contoh terbaik bagi anak. Semua harus dimulai dengan niat yang baik,” imbuhnya.
Sementara Pengawas Sekolah Muhammad Tahir, menyampaikan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 20 Th. 2003 yaitu pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
“Pendidikan baru bisa dikatakan berhasil jika ada dukungan dari orang tua, lingkungan, dan sekolah,” katanya.
Lanjutnya, Kurikulum pendidikan di Aceh mulai diterapkan dengan pendidikan karakter berbasis syariat Islam dan sesuai dengan kurikulum nasional yaitu Kurikulum Merdeka.
“Pendidikan pertama yang diberikan kepada anak adalah tauhid, akhlak atau rasa kasih sayang kepada anak dan jadilah contoh suri tauladan yang baik dari orang tua,” tuturnya.