Banda Aceh, JBA – Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) dan Tastafi Banda Aceh melaksanakan kajian dengan tema: Malam Amal dan Doa untuk Korban Banjir Aceh- Sumatera, di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Jumat malam, 5 Desember 2025.
Pemateir kajian, Prof Dr Tgk Syamsul Rijal MA mengatakan musibah banjir yang melanda Aceh menjadi pembelajaran bagi semua. Namun pembelajaran dan hikmah tidak akan didapatkan tanpa akal serta renungan mendalam.
“Tanpa akal, orang hanya akan mengukur yang tertlihat, tercium, dan dirasakan. Tapi bila akal difungsikan dengan baik, tentu akan ditemukan pelajaran berarti dari setiap musibah. Setiap musibah yang Allah berikan pasti ada pelajaran penting bagi manusia,” ujarnya dalam kajian yang dihadiri Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk Faisal Ali.
Tgk Syamsul Rijal menjelaskan mata tidak cukup melihat sebuah musibah dan takdir Allah kalau tidak ada mata hati untuk melihat musibah lebih dalam dan bermakna. Mata hati yang akan membuat kita sadar dan bertanggungjawab terhadap apa pun yang Allah berikan.
Alam ini, katanya, Allah ciptakan untuk kemaslahatan hidup manusia dan menusia bertanggungjawab untuk menjaganya dengan cara-cara yang bijak, tanpa merusak sehingga terhindar dari musibah.
“Seandainya manusia tidak menggunakan mata hati, alam akan dirusak demi kepentingan pribadi tanpa peduli terhadap dampaknya,” tegas guru besar UIN Ar-Raniry ini.
Manusia yang memiliki hati dan penuh tanggung jawab, maka akan mengerti apa yang mesti dilakukan. Orang yang telah meninggal menjadi tangungjawab bagi orang yang hidup seperti memandikan, mengkafankan, menyalatkan dan menguburkan.
“Ketika Allah memberikan musibah, maka orang yang hidup bertanggungjawab untuk peduli. Jika tidak, maka kita yang akan ditimpa musibah suatu saat,” jelasnya.
Mari menggunakan mata hati untuk membantu dan berdoa terhadap korban banjir. Jika mau merasakan nasib korban bencana, Insyaallah Allah tidak akan memberikan langsung rasa dan penderitaan seperti sudara kita rasakan.
