Anyaman Tikar hingga Lele Asap: Pesona Dua Desa di Pedalaman Singkil

Singkil, jaringanberitaaceh.com- Hari kedua Ekspedisi Sungai Aceh Singkil, Komunitas Pemuda Singkil Peduli Budaya bersama Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I menelusuri dua desa di pelosok Kabupaten Aceh Singkil, yakni Desa Teluk Rumbia dan Desa Rantau Gedang.

Kedatangan peserta ekspedisi disambut antusias oleh masyarakat setempat melalui tarian tradisional Gegunungan dan Kekajangan yang atraktif. Kedua desa tersebut dikenal sebagai wilayah yang masih mempertahankan beragam tradisi dan kearifan lokal, mulai dari pengolahan sagu, pengasapan ikan lele, hingga kerajinan anyaman tikar pandan.

Salah satu warga Teluk Rumbia, Saudah, menjelaskan bahwa masyarakat di dua desa tersebut masih terus menjaga tradisi, baik dalam menyambut tamu maupun dalam kegiatan seni budaya sehari-hari. Para pemuda pun masih menguasai berbagai tarian adat seperti Dampeng, Menahtakhkan Hinei, dan Alas, yang sekaligus menjadi upaya untuk memajukan kesejahteraan serta perekonomian desa.

“Di sini budaya tradisi masih lestari. Warga masih mengolah sagu dari batang rumbia, mengasapi ikan limbek atau lele asap, serta menganyam tikar pandan untuk kebutuhan rumah tangga maupun upacara adat,” ujar Saudah, Kamis, 13 November 2025.

Di halaman perkampungan, tampak sejumlah ibu rumah tangga tekun menganyam tikar. Hasil kerajinan mereka tidak hanya berupa tikar, tetapi juga tas dengan beragam bentuk dan motif.

Saudah mengaku bahwa produk anyamannya masih dipasarkan secara terbatas di wilayah Aceh.

“Tikar ini hanya dijual di sekitar sini. Untuk dijual ke luar daerah agak sulit karena belum ada pelanggan dan kami juga belum pernah mencoba ekspor,” katanya.

Bahan baku anyaman didapat dari sekitar perkampungan. Setelah dipanen, daun pandan diolah secara tradisional sebelum siap dianyam.

“Awalnya daun pandan direbus selama 15 menit, lalu dijemur dua kali hingga kering. Setelah itu kami mengilasnya agar halus dan siap digunakan untuk menganyam tikar dan tas,” jelas Saudah.

Keberadaan para pengrajin seperti Saudah menunjukkan bahwa masyarakat Singkil masih teguh menjaga warisan leluhur. Melalui ekspedisi ini, para pegiat budaya berharap kerajinan lokal dan tradisi masyarakat pesisir sungai dapat semakin dikenal luas dan mendapatkan dukungan untuk berkembang.

BERITA MINGGUAN

TERBARU

BERITA TERHANGAT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT