Jantho, JBA – Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Aceh Besar melalui seksi Bimbingan Masyarakat Islam menggelar diseminasi Early Warning System (EWS) pada kelembagaan Kantor Urusan Agama (KUA), di Kantor Camat Ingin Jaya, Lambaro, Rabu 1 Oktober 2025.
Kepala Kantor Kemenag Aceh Besar, H Saifuddin SE menyampaikan program EWS merupakan inovasi Kemenag untuk deteksi dini berbagai potensi konflik sosial keagamaan, melalui proses pemetaan dan penelitian dalam kehidupan masyarakat.
“EWS bukan hanya untuk kesiap siagaan bencana alam, juga untuk mennyikapi dan menyelesaikan berbagai konflik sosial dan KUA menjadi garda terdepan melaksanakan program ini. KUA memiliki instrumen penting yaitu tenaga Penyuluh Agama Islam dan Penghulu yang langsung berbaur dalam kehidupan masyarakat,” katanya saat buka acara.
Penempatan KUA sebagai lokus utama, EWS diharapkan menjadi instrumen penting menjaga kerukunan umat beragama di tingkat akar rumput.
Sementara Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat (Kasi Bimas) Islam Kemenag Aceh Besar, H Khalid Wardana mengatakan sosialisasi dan diseminasi EWS bertujuan memperkuat kapasitas KUA sebagai garda terdepan mendeteksi dini dan mencegah potensi konflik sosial berdimensi keagamaan, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik berbasis data dan teknologi informasi.
“Kemenag Aceh Besar akan melakukan percepatan implementasi EWS potensi konflik melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan melakukan berbagai simulasi penyelesaian masalah,” ujar Khalid Wardana dalam acara yang dihadiri penghulu dan penyuluh agama Islam se-Aceh Besar.
Terdapat tiga komponen penting yang mendukung peran KUA dalam pelaksanaan EWS, yaitu penguatan organisasi KUA beserta tugas, fungsi, dan jejaring pelayanan keagamaan. Pemberdayaan SDM penghulu dan penyuluh agama yang dinilai sebagai aktor strategis. Penataan sistem kerja KUA agar sesuai dengan kebutuhan pencegahan konflik.
EWS di KUA, katanya, memiliki dua fungsi utama yaitu deteksi dini dan cegah dini. Deteksi dini dilakukan melalui proses pengumpulan data dan informasi yang dapat memetakan potensi konflik. Sedangkan cegah dini melalui bimbingan, pembinaan dan edukasi hingga proses dialog dan musyawarah.
Kemenag Aceh Besar menghadirkan pemateri aktor resolusi konflik (ARK) Provinsi Aceh, Yusti, dan akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr Mawardi.