Luka Tak Terlihat; Dampak Perceraian pada Jiwa Anak

Oleh: Nurmasyittah, S.Sos.I
(Alumni Prodi Pengembangan Masyarakat Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

Rumah tangga harmonis merupakan impian setiap keluarga. Namun, realitas sering kali menunjukkan sebaliknya. Perceraian, meskipun menjadi pilihan terakhir, meninggalkan luka tak terlihat yang mendalam pada anak. Lebih dari sekadar perpisahan orang tua, perceraian menjadi trauma yang berdampak signifikan pada perkembangan psikologis, emosional, dan mental anak.

Masyarakat mesti memandang isu ini dari perspektif lebih luas, terutama dalam konteks hukum dan nilai-nilai kemanusiaan. Studi menunjukkan bahwa faktor penyebab perceraian sangat beragam, mulai dari masalah ekonomi hingga ketidakharmonisan mendalam. Namun, di balik angka-angka statistik, tersimpan kisah pilu anak-anak yang menjadi korban.

Pasangan suami dan istri yang bercerai seringkali terjebak dalam dilema; fokus pada pemulihan diri atau rasa bersalah yang mendalam karena tak mampu memberikan keluarga utuh bagi anak-anaknya. Inilah kompleksitas masalah yang tak bisa diabaikan. Hukum Islam, dengan prinsip sakinah, mawaddah, wa rahmah, seharusnya menjadi benteng terakhir dalam upaya menjaga keutuhan keluarga dan meminimalisir dampak buruk perceraian.

Permasalahan hak asuh anak menjadi titik krusial. Meskipun hukum positif cenderung memberikan hak asuh kepada ibu, keputusan ini tak selalu menjamin kesejahteraan anak. Kepentingan terbaik anak, yang meliputi aspek psikologis, sosial, dan lingkungan, harus menjadi prioritas utama. Pengadilan, sebagai penentu akhir, harus mampu melihat di luar kerangka hukum semata dan mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi perkembangan anak.

Dampak negatif perceraian terhadap anak sangat beragam dan seringkali tak terlihat. Mulai dari perasaan terabaikan dan kehilangan kasih sayang orang tua, hingga kesulitan mengelola emosi dan perilaku. Anak-anak dapat mengalami depresi, kecemasan, kemarahan yang tak terkendali, bahkan menjadi terlalu dewasa sebelum waktunya.

Karenanya,, upaya pencegahan perceraian melalui konseling dan pendidikan pranikah sangatlah penting. Selain itu, perlu adanya dukungan sistemik dari pemerintah dan masyarakat untuk memberikan pendampingan dan perlindungan bagi anak-anak yang terdampak perceraian, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Terakhir, perceraian bukan sekadar masalah hukum, melainkan masalah kemanusiaan yang berdampak luas. Semua perlu memandang perceraian dengan perspektif holistik, memperhatikan aspek hukum, psikologis, sosial, dan spiritual, dengan selalu mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak. Mari bersama-sama membangun sistem lebih efektif demi mencegah perceraian dan melindungi anak-anak dari dampak negatifnya. Hal ini agar mereka dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang sehat dan bahagia.

BERITA MINGGUAN

TERBARU

BERITA TERHANGAT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT