Banda Aceh, JBA – Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Alumni Dayah (DPP ISAD) bersama Tastafi Banda Aceh, Himpunan Pengusaha Santri (Hipsi) Aceh bekerjasama dengan Hermes Palace Hotel melaksanakan Soft Launching 5 Buku Guree Dayah, di hotel setempat, Banda Aceh, Kamis, 31 Oktober 2024.
Ketua Umum DPP ISAD, Tgk Mustafa Husen Woyla mengatakan ada lima pengurus ISAD menghasilkan inovasi dan karya untuk kemajuan pendidikan dan dayah. Pada momen ini, pihaknya me-launching buku Tgk Erwin Syah SAg dengan judul Terjemahan Kitab Ghayah Wushul. Tgk H Qamaruzzaman SPdI dengan judul Kumpulan Doa dan Dzikir. Tgk Bustamam Usman MA dengan judul buku Syari’at Islam di Aceh. Tgk Umar Budiman MA dengan judul buku Ensiklopedi Agama Islam; Fikih, Bermazhab, Aqidah, Tasawuf dan Kenegaraan dan Tgk H Hasanuddin MEd (Tu Sudan) dengan judul buku Tata Kelola Dayah/Pondok Pesantren Berbasis Akreditasi.
“Mereka tokoh dan inisitor yang berkontribusi untuk mengisi peradaban Islam di Aceh. Sejujurnya ini yang kita harapkan dari ISAD, bahkan dari semua eleman masyarakat di Aceh,” jelas Tgk Mustafa Husen Woyla.
Penulis buku Terjemahan Kitab Ghayah Wushul, Tgk Erwin Syah SAg mengatakan tujuan menerjemahkan buku tersebut agar bisa menjembatani dua lembaga pendidikan, yaitu dayah dan kamupus. Harus diakui, sering terjadi patologis atau menilai seseorang dari sudut pandangnya sendiri, bahwa kelakuan orang lain aneh, padahal sudut pandang yang digunakan adalah dirinya sendiri.
“Jika menggunakan sudut pandang orang lain, belum tentu aneh. Jika hal seperti ini terus berlanjut tentu bisa jadi konflik latin antara dayah dan kampus,” jelasnya saat pemaparan sekilas tentang proses penulisan dan isi buku.
Ia berharap terjemahan buku ini bisa menjembatani, tidak ada polarisasi dan dikotomi dari pihak tertentu. Buku Terjemahan Kitab Ghayah Wushul ditulis dengan bahasa sederhana serta tidak kaku, agar mudah dipahami pembaca dan kaum akademisi.
“Semoga bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan,” tutup alumni Dayah Darussalam Labuhan Haji ini.
Sementara Tgk Muhazzir Budiman mengatakan tujuan menulis adalah karena Allah, bukan karena material. Lebih dari itu, menulis itu dakwah dengan pena.
“Bukan mencari keuntungan finansial. Jika sudah menulis maka bersyukur,” jelasnya.
Ia menyarankan, siapa pun yang hobi menulis, silakan narasikan. Jangan pernah malu, tuliskan saja sesuai ide yang ada dalam pikiran. Tuliskan dengan istikamah walaupun narasinya sedikit.
“Insyaallah jika konsisten, pasti akan lahir karya tulis atau buku,” tutupnya.